PENJADWALAN PROYEK
2.1. Penjadwalan
Proyek
Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
terencana dan dilaksanakan secara berurutan dengan logika serta menggunakan
banyak sumberdaya, yang sudah dibatasi oleh berbagai dimensi, misalnya seperti
dimensi biaya, mutu, dan waktu (Vincentia,
Lilik Linawati, dkk.2007. diunduh 10 Maret 2015). organisasi
proyek adalah adalah cara yang efektif untuk menugaskan orang dan sumber daya
fisik yang diperlukan. Penjadwalan proyek meliputi pengurutan dan pembagian
waktu untuk keseluruhan kegiatan proyek, pada tahap ini manager memutuskan
berapa lama tiap kegiatan memerlukan waktu dan menghitung beberapa banyak orang
yang diperlukan pada tiap tahap produksi (Heizer Jay, Render Barry, 2006).
Teknik yang paling banyak digunakan
dalam perencanaan dan pengendalian proyek adalah dengan menggunakan CPM (Critical Path Method) yang dapat
melakukan penjadwalan berdasarkan waktu yang (dianggap pasti) dan PERT (Project Evaluation and Riview Technique)
yang menggunakan teori kemungkinan untuk menentukan waktu penyelesaian suatu
pekerjaan (Vincentia, Lilik Linawati,
dkk.2007. diunduh 10 Maret 2015).
Input berupa precedence
diagram (Network Jaringan) yang
menunjukan gambar grafis seluruh aktivitas yang diperlukan untuk membuat produk
beserta hubungan ketergantungan. Simbol-simbol yang digunakan dalam network jaringan terdiri dari 2 sampai 3
macam pembentukan jaringan antara lain sebagai berikut (Vincentia, Lilik Linawati, dkk.2007. diunduh 10 Maret 2015).
a.
Lingkaran
(Node) yang didefinisikan sebagai suatu kejadian (event) menyatakan sebuah kegiatan suatu
peristiwa dimulai dan berakhirnya suatu pekerjaan.
b.
Anak
panah (Arrow) yang didefinisikan
sebagai suatu pekerjaan (aktivitas) menyatakan sebuah peristiwa berlangsungnya
suatu kegiatan.
c.
Anak
panah terputus-putus yang didefinisikan sebagai dummy activity yang menyatakan suatu pekerjaan atau aktivitas semu.
(Vincentia, Lilik Linawati, dkk.2007.
diunduh 10 Maret 2015).
Dummy
diperlukan untuk
menggambarkan adanya hubungan diantara
dua kegiatan. Mengingat dummy merupakan
kegiatan semu maka lama kegiatan dummy adalah nol. Dummy terdiri dari dua macam (Vincentia, Lilik Linawati, dkk.2007. diunduh 10 Maret 2015):
1. Grammatical
dummy
Grammatical
dummy diperlukan untuk
menghindari kerancuan penyebutan
suatu kegiatan apabila terdapat dua atau lebih kegiatan yang berasal dari
peristiwa yang sama (misalnya i) dan berakhir pada peristiwa yang sama pula
(misalnya j). grammatical dummy akan
memudahkan komputer untuk membedakan kegiatan satu dengan yang lain. Tapi dalam
analisis manual, grammatical dummy
dapat diabaikan.
2. Logical dummy
Logical dummy digunakan untuk
memperjelas hubungan antar kegiatan (Vincentia, Lilik
Linawati, dkk.2007. diunduh 10 Maret 2015).
2.1.1 Critical Path Method atau
CPM
CPM merupakan sebuah model ilmu manajemen untuk perencanaan dan
pengendalian biaya suatu proyek. Model ini dikembangkan oleh perusahaan DuPont
pada tahun 1957 untuk pembangunan sebuah pabrik kimia meskipun dikembangkan
bersamaan dengan PERT namun model ini pada awalnya dikembangkan secara
terpisah. Pada tahun 1957, DuPont mengembangkan desain suatu metode pengelolaan
proyek yang dibuat untuk menghindari efek dari penghentian operasi pabrik untuk
perawatan. Berdasarkan dari kompleksitas proses penghentian operasi pabrik
tersebut, DuPont mengembangkan CPM untuk penghentian operasi pabriknya.
Penggunaan CPM mempunyai keunggulan sebagai berikut (Siswanto, 2006).
1.
Menampilkan
bagan dari proses pelaksanaan proyek.
2.
Memprediksikan
jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek.
3.
Menampilkan
suatu kegiatan dari proyek tersebut yang bersifat kritis dari segi urutan
pelaksanaan dan waktu.
CPM merupakan penggambaran dari kegiatan dan peristiwa suatu proyek yang
berbentuk diagram. Kegiatan digambarkan sebagai lingkaran dalam sebuah jaringan
dan peristiwa ditandai dengan waktu mulai dan berakhirnya peristiwa yang
penggambarannya dengan garis dan tanda panah diantara lingkaran-lingkaran.
Langkah-langkah dalam penyusunan diagram jaringan CPM sebagai berikut
1.
Merinci
masing-masing peristiwa dalam pelaksanaan kegiatan suatu proyek.
2.
Menentukan
urutan dari masing-masing peristiwa tersebut.
3.
Menggambarkan
diagram jaringannya dari urutan peristiwa tersebut.
4.
Memprediksi
kebutuhan jangka waktu dari pelaksanaan masing-masing peristiwa.
5.
Identifikasikan
jalur kritisnya yaitu dengan mengidentifikasi jalur yang paling panjang dari
jaringan tersebut.
6.
Perbaharui
diagram CPM tersebut sesuai dengan kemajuan dari pelaksanaan proyek (Siswanto,
2006).
2.1.2
Penentuan Biaya Dalam CPM
Selain CPM dapat digunakan
untuk menentukan waktu paling cepat sebuah proyek dapat terselesaikan dan
mengidentifikasi waktu kelonggaran (slack) paling
lambat sebuah kegiatan dapat dimulai tanpa menghambat jadwal proyek
keseluruhan, metode ini juga mampu melakukan analisis terhadap sumber daya yang
dipakai dalam proyek (biaya) agar jadwal yang dihasilkan akan jauh lebih
optimal dan ekonomis.
Istilah-istilah dari hubungan
antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya yang dikeluarkan adalah sebagai
berikut (Heizer Jay,
Render Barry, 2006).
1.
Waktu normal
Waktu normal
adalah waktu yang diperlukan
bagi sebuah proyek untuk melakukan rangkaian kegiatan sampai selesai tanpa ada
pertimbangan terhadap penggunaan sumber daya.
2.
Biaya normal
Biaya normal
adalah biaya langsung yang
dikeluarkan selama penyelesaian kegiatan-kegiatan proyek sesuai dengan waktu
normalnya.
3.
Waktu dipercepat
Waktu dipercepat atau lebih dikenal dengan crash time adalah waktu paling singkat
untuk menyelesaikan seluruh kegiatan yang secara teknis pelaksanaannnya mungkin
dilakukan. Penggunaan sumber daya bukan merupakan suatu hambatan.
4.
Biaya untuk waktu dipercepat
Biaya untuk
waktu yang dipercepat merupakan biaya langsung yang dikeluarkan untuk menyelesaikan kegiatan
dengan waktu yang dipercepat.

Gambar 2.1
Hubungan Antara Waktu dan Biaya Pada Keadaan Normal dan Percepatan
2.1.3 Mempercepat Waktu Penyelesaian
Tujuan pokok untuk mempercepat waktu penyelesaian adalah memperpendek waktu
penyelesaian proyek dengan kenaikan biaya yang seminimal mungkin. Proses
mempercepat waktu penyelesaian proyek dinamakan crash program. Batas waktu percepatan (crash time) yaitu
suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan
tidak efektif lagi (Heizer Jay,
Render Barry, 2006).
Penggunaan crash schedule, tentu saja biayanya akan jauh
lebih besar dibandingkan dengan normal
schedule. Crash schedule akan dipilih kegiatan-kegiatan
kritis dengan tingkat kemiringan
terkecil untuk mempercepat
pelaksanaannya. Langkah ini dilakukan sampai seluruh kegiatan mencapai nilai crash time-nya. Perhitungan yang
dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan (waktu dan biaya suatu kegiatan)
atau lebih dikenal dengan slope adalah.


2.1.4 Waktu Kegiatan dan Distribusi Beta
Distribusi Beta bukan merupakan distribusi yang muncul karena proses
yang dapat dikenal seperti distribusi poison atau binomial sebagai contoh,
namun karakteristiknya terutama mean.
PERT melalui distribusi beta, menggunakan taksiran-taksiran waktu untuk menyelesaikan
suatu kegiatan agar lebih realistik, adapun macam-macam taksiran waktu tersebut
ialah (Heizer Jay, Render Barry, 2006).
a.
Waktu
Optimis (Optimistic Time),
dinotasikan dengan a waktu optimis waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan
jika semua hal berlangsung sesuai rencana. Biasanya terdapat peluang yang kecil
(1/100) bahwa waktu kegiatan akan < a.
b.
Waktu
Realistik (most likely estimate), dinotasikan
dengan m dimaksudkan sebagai taksiran waktu penyelesaian suatu kegiatan yang
paling realistik.
c.
Waktu
Pesimis (Pesimistic estimate),
dinotasikan dengan b dimaksudkan sebagai taksiran waktu yang tidak
diharapkan dengan kemungkinan 1/100 jika
segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya atau akan > b (Heizer Jay,
Render Barry, 2006).